Bacalah dengan (menyebut) Nama Tuhanmu Yang Menciptakan (QS.Al-Alaq:1)

Rabu, 27 November 2013

Suatu Catatan Tentang Perdukunan di Indonesia



Zaman sekarang, praktek perdukunan masih merajarela. Kalo dulu praktek perdukunan menggunakan cara konvensional (maksudnya pasien datang ke dukun langsung, terus disembur aer dari mulut, dan sebagainya). Kalo sekarang praktek perdukunan semakin canggih, bahkan melalui sms , hehe

(ternyata globalisasi, modernisasi, tidak hanya merambah bidang epoleksosbud, tapi juga merambah dunia metafisika, hehe)

Istilah mengenai ‘perdukunan’, sangat dekat dengan istilah ‘sihir’, ‘ilmu hitam’, ‘orang pintar’, ‘ahli supranatural’, ‘ahli nujum’,’aahli ramal’, dsb. Dalam catatan kecil ini, saya menyebutkan kata ‘perdukunan’ untuk mewakili semua istilah-istilah yang berdekatan/berkaitan dengan itu.

Zaman sekarang, dukun tidak selalu berpakaian menyeramkan layaknya di film-film (baju hitam, celana hitam, cincin hitam, pokoknya serba hitam…bahkan anak emo yang ngaku gothic aja kalah :p), melainkan berpakaian layaknya kiyai, atau ustadz, atau ulama, dsb…lengkap dengan sorban dan tasbihnya…cihuy pisan pokoknya mah…

Dalam praktiknya mereka biasa memberikan “sesuatu” untuk disimpan atau diamalkan, layaknya keris, atau “isim” (semacam kertas yang bertuliskan tulisan arab dengan tinta khusus warna merah, klo gak salah semacam inai merah gitu). Si dukun memerintahkan menyimpan isim itu di tempat tertentu atau dibawa kemana-mana. Atau mereka juga biasanya memberikan amalan2 tertentu untuk dibaca, seperti zikir-zikir tertentu sekian puluh kali, atau dalam jumlah tertentu.

Kalo jimat berbentuk keris, boneka, dsb mungkin dengan lantang orang mudah mengatakan “musyrik!”, “syirik!”, dan sebagainya. Tapi kalo dikasih jimat berupa “isim” bertuliskan arab atau “amalan-amalan” tertentu yang berkaitan dengan zikir dan sebagainya, tidak semua orang berani mengatakan bahwa itu adalah musyrik atau syirik. Banyak yang ragu-ragu karena ada tulisan arab di isim-nya atau karena itu adalah zikir, dan juga mungkin ada beberapa penyebab keraguan lainnya.

Mengenai isim, saya pribadi menganggapnya itu adalah “jimat”, dan saya pernah baca hadist yang melarang menggunakan jimat (penasaran? Silakan googling sendiri :)). Dan kalo seseorang mati sedang dia masih menggunakan jimat, sungguh merugi lah ia, dan dikhawatirkan meninggalkan dalam keadaan menyekutukan Allah. (Nah kalo meninggal dalam keadaan menyekutukan Allah, dikhawatirkan akan kekal di neraka, Na’udzubillah).

Mengenai amalan-amalan berupa zikir-zikir tertentu yang tidak jelas asal-usul ketentuannya, meskipun terlihat baik, namun saya pribadi menganggapnya itu adalah syubhat (meragukan). Apalagi kalo ampe menuhankan zikir dan mengesampingkan Allah, Naudzubillah. Khusus mengenai ini, jujur saya tidak suka baca amalan-amalan tertentu tanpa ada asal-usul yang jelas baik dari Quran atau Sunnah. Terserah kalo anda suka mengamalkan amalan-amalan tertentu dari mbah ini, mbah itu, kiyai ini, kiyai itu, tanpa jelas asal-usul ketentuannya…ini hanya masalah selera…misalnya: anda suka jengkol atau pete, sedangkan saya tidak suka, maka anda jangan paksa saya makan jengkol atau pete, begitu pula saya, saya tidak akan memaksa anda untuk membenci jengkol dan pete.

Dalam catatan ini, inilah pendapat saya, pemikiran anda? Ya terserah anda, saya hanya menyampaikan walau 1 ayat :)
-----------
Untuk zikir-zikir, saya sarankan anda membaca Al Matsuraat karya Hasan Al Bana, disana zikir-zikir nya berasal dari Quran dan Sunnah. Insya Allah. Atau juga buku berjudul “Doa dan Zikir Nabawi” karya Syaikh Ibnu Taimiyah, ulama kelas dunia yang tidak diragukan lagi kapasitasnya. Dalam buku itu banyak terdapat zikir berdasarkan Quran dan Sunnah. Wallahu’alam.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar