Bacalah dengan (menyebut) Nama Tuhanmu Yang Menciptakan (QS.Al-Alaq:1)

Minggu, 13 Maret 2011

Tentang "Ikan" Bernama Gayus

Indonesia kini sedang disibukkan dengan kasus Gayus. Kasus yang “menceritakan” terjadinya korupsi pajak besar-besaran, yang melibatkan banyak pihak, namun yang “baru” (berani) diselidiki adalah saudara Gayus Tambunan. Ditengah hiruk pikuk kasus ini, Gayus dalam salah satu persidangan yang digelar meminta agar dijadikan staf ahli Kapolri, Jaksa Agung, dan Ketua KPK. Sungguh “nyeleneh” bukan? Udah jelas-jelas jadi terdakwa koruptor, kok malah minta jabatan? Udah gitu jabatan “pembasmi” koruptor lagi?

Tapi tunggu dulu, Gayus meminta jabatan itu dengan menjamin bahwa Gayus akan membongkar semua koruptor, tidak hanya yang kelas kakap, tapi juga yang kelas hiu dan paus. (ada kelas nila gak ya?mau dong, buat digoreng…hmmm,nyummmiii)

Jelas ini merupakan hal baru, dimana seorang terdakwa koruptor, meminta jabatan menjadi salah satu aparat penegak hukum atau semacamnya, dengan menjaminkan akan memberantas korupsi!!! Di satu sisi, hal ini merupakan hal baru yang patut dicoba, karena selama ini—dengan mengandalkan aparat hukum biasa—kita kurang bisa mengungkapkan jaringan mafia korupsi di Indonesia. Siapa tahu dengan memanfaatkan Gayus, kita bisa mendapatkan “very big fish” and—of course—bigger than gayus.

Yang jadi permasalahan disini adalah, apakah permintaan gayus—untuk nimbrung menjadi aparat penegak hukum—ini diikuti pula dengan permintaan lain, seperti, “kalo saya berhasil nemuin ‘ikan’ yang lebih gede, bebasin saya ya...” atau permintaan-permintaan nyeleneh lainnya?

Inkonsistensi Media Indonesia

Dulu saya cinta banget sama editorial media Indonesia karena berani,tegas, dan lantang, tapi semenjak ada 2 editorial yang tidak konsisten (saya lupa lagi ngebahas tentang apa, kalo gak salah tentang Skandal Bank Century), saling bertentangan, saya mulai kehilangan “feeling” saya. Komentar-komentar dibawah artikel tersebut pun (yaitu the second article), menyadari inkonsistensi tersebut, dan banyak yang memberikan “tanda” jempol ke bawah. Meski gitu, saya tetep baca, namun kedudukan editorial tersebut tidak lagi “setinggi” yang dulu di hati saya :p

Korupsi dan Pemilu

Ngebaca editorial Media Indonesia edisi 25 Feb 11, ada kutipan menarik:

“...Kementerian Dalam Negeri mencatat terdapat 158 kepala daerah, baik bupati, wali kota, maupun gubernur, menjadi tersangka kasus korupsi.

Dari 33 provinsi, 17 gubernur menjadi tersangka korupsi. Dari 491 kabupaten/kota, sebanyak 141 pemimpin menjadi tersangka korupsi.

Indonesia Corruption Watch mencatat total kerugian negara dari seluruh kasus korupsi kepala daerah mencapai Rp4,8 triliun.

Mahalnya biaya pemilu kada membuat kepala daerah begitu gampang terjerat oleh kasus korupsi. Begitu terpilih menjadi kepala daerah, yang menjadi prioritas pertama ialah mengembalikan dana pemilu kada yang telah mereka keluarkan.

Itu bisa kita baca sebagai mengurus investasi itu soal belakangan, setelah urusan pribadi selesai. Karena itu, menyelesaikan hambatan investasi di daerah harus dimulai dari hulu.

Mahalnya biaya pemilu kada bisa dipangkas bila para kepala daerah tidak dipilih langsung, tetapi oleh DPRD saja. Biarlah pemilihan langsung menjadi domain jabatan presiden.

Namun, untuk melakukan hal itu, butuh keberanian dan ketegasan. Selama dua hal itu tidak dimiliki, gairah investasi akan selalu menjadi pepesan kosong.”

Pemilu langsung dipilih rakyat butuh biaya besar, termasuk biaya kampanye. Makanya kebanyakan yang sudah terpilih sebelum “memikirkan rakyat”, “memikirkan dulu cara mengembalikan uang yang sudah dikeluarkan”, baru setelah itu “mikiran rakyat”...eh, apa “mikirin buat ngumpulin modal buat nyalonin diri lagi?” :p loh, klo gitu kapan “mikirin rakyat”nya? Maaf ya, kalo nggak ngerasa ya jangan tersinggung ;)

Jangan dipilih oleh rakyat, tapi dipilih oleh DPRD aja? Yakin nggak akan ada korupsi?gimana dengan jual suara anggota DPRD? Gimana dengan lobi-lobi politik? Seenggaknya gak akan semahal pemilu langsung kali ya?he he

System demokrasi kan udah dicoba, gimana kalo kita “icip” system baru aja...sistem negara Islam atau Khilafah gitu, emang sih banyak yang pesimis bahkan mencibir, tapi gak ada salahnya kan nyoba dulu?he,,jangan terlalu pesimistis ah...

info

Berhati2lah kpad mobil APV silver L.1857.GU Sudh bnyk k0rbn penculikan untk d ambil 0rgan dalam ny inf0rmasi ini dri POLSEK BAYAH mohon d’sebar luaskan SMS ni knyata’n

Benar atau tidak, Wallahu’alam