Zaman sekarang, praktek perdukunan masih
merajarela. Kalo dulu praktek perdukunan menggunakan cara konvensional
(maksudnya pasien datang ke dukun langsung, terus disembur aer dari mulut, dan
sebagainya). Kalo sekarang praktek perdukunan semakin canggih, bahkan melalui
sms , hehe
(ternyata globalisasi, modernisasi, tidak
hanya merambah bidang epoleksosbud, tapi juga merambah dunia metafisika, hehe)
Istilah mengenai ‘perdukunan’, sangat dekat
dengan istilah ‘sihir’, ‘ilmu hitam’, ‘orang pintar’, ‘ahli supranatural’,
‘ahli nujum’,’aahli ramal’, dsb. Dalam catatan kecil ini, saya menyebutkan kata
‘perdukunan’ untuk mewakili semua istilah-istilah yang berdekatan/berkaitan
dengan itu.
Zaman sekarang, dukun tidak selalu
berpakaian menyeramkan layaknya di film-film (baju hitam, celana hitam, cincin
hitam, pokoknya serba hitam…bahkan anak emo yang ngaku gothic aja kalah :p),
melainkan berpakaian layaknya kiyai, atau ustadz, atau ulama, dsb…lengkap
dengan sorban dan tasbihnya…cihuy pisan pokoknya mah…
Dalam praktiknya mereka biasa memberikan
“sesuatu” untuk disimpan atau diamalkan, layaknya keris, atau “isim” (semacam
kertas yang bertuliskan tulisan arab dengan tinta khusus warna merah, klo gak
salah semacam inai merah gitu). Si dukun memerintahkan menyimpan isim itu di
tempat tertentu atau dibawa kemana-mana. Atau mereka juga biasanya memberikan
amalan2 tertentu untuk dibaca, seperti zikir-zikir tertentu sekian puluh kali,
atau dalam jumlah tertentu.
Kalo jimat berbentuk keris, boneka, dsb
mungkin dengan lantang orang mudah mengatakan “musyrik!”, “syirik!”, dan
sebagainya. Tapi kalo dikasih jimat berupa “isim” bertuliskan arab atau
“amalan-amalan” tertentu yang berkaitan dengan zikir dan sebagainya, tidak
semua orang berani mengatakan bahwa itu adalah musyrik atau syirik. Banyak yang
ragu-ragu karena ada tulisan arab di isim-nya atau karena itu adalah zikir, dan
juga mungkin ada beberapa penyebab keraguan lainnya.
Mengenai isim, saya pribadi menganggapnya
itu adalah “jimat”, dan saya pernah baca hadist yang melarang menggunakan jimat
(penasaran? Silakan googling sendiri :)). Dan
kalo seseorang mati sedang dia masih menggunakan jimat, sungguh merugi lah ia,
dan dikhawatirkan meninggalkan dalam keadaan menyekutukan Allah. (Nah kalo
meninggal dalam keadaan menyekutukan Allah, dikhawatirkan akan kekal di neraka,
Na’udzubillah).
Mengenai amalan-amalan berupa zikir-zikir
tertentu yang tidak jelas asal-usul ketentuannya, meskipun terlihat baik, namun
saya pribadi menganggapnya itu adalah syubhat (meragukan). Apalagi kalo ampe
menuhankan zikir dan mengesampingkan Allah, Naudzubillah. Khusus mengenai ini,
jujur saya tidak suka baca amalan-amalan tertentu tanpa ada asal-usul yang
jelas baik dari Quran atau Sunnah. Terserah kalo anda suka mengamalkan
amalan-amalan tertentu dari mbah ini, mbah itu, kiyai ini, kiyai itu, tanpa
jelas asal-usul ketentuannya…ini hanya masalah selera…misalnya: anda suka
jengkol atau pete, sedangkan saya tidak suka, maka anda jangan paksa saya makan
jengkol atau pete, begitu pula saya, saya tidak akan memaksa anda untuk
membenci jengkol dan pete.
Dalam catatan ini, inilah pendapat saya,
pemikiran anda? Ya terserah anda, saya hanya menyampaikan walau 1 ayat :)
-----------
Untuk zikir-zikir, saya sarankan anda
membaca Al Matsuraat karya Hasan Al Bana, disana zikir-zikir nya berasal dari
Quran dan Sunnah. Insya Allah. Atau juga buku berjudul “Doa dan Zikir Nabawi”
karya Syaikh Ibnu Taimiyah, ulama kelas dunia yang tidak diragukan lagi
kapasitasnya. Dalam buku itu banyak terdapat zikir berdasarkan Quran dan
Sunnah. Wallahu’alam.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar