Saat-saat ini lagi rame banget kontroversi
hati mengenai penghulu karena kasus pungli. Kalo saya nonton di berita sih
biaya resmi buat bayar penghulu itu Rp 30.000,- untuk pernikahan di tempat (KUA
atau Balai Nikah).
Tapi saat ini lazimnya masyarakat meminta
penghulu datang ke tempat pernikahan dan melangsungkan akad disana, dan biaya
yang dipatok penghulu bervariasi, antara Rp 500.000,- sampai lebih dari Rp 1
juta !!!
Bagi saya, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan:
apakah bila penghulu mengizinkan pelaksanaan akad bukan di tempat yang
ditentukan (KUA atau Balai Nikah) adalah suatu pelanggaran atau bukan? Atau
memang belum diatur dalam peraturan resmi jika akad diluar KUA atau Balai
Nikah? Jika belum diatur tapi dilaksanakan, bagaimana status hukumnya?
Pelanggaran? Atau dianggap suatu kebijaksanaan yang tidak perlu dihukum?
Menurut saya, adalah suatu hal yang wajar
kalo calon pengantin/pengantin memberi semacam “uang transport” atau “uang
rokok” jika menikahnya bukan di KUA atau Balai Nikah, karena tentu mereka perlu
bensin untuk ke tempat calon pengantin/pengantin, apalagi kalo tempatnya
jauhhh…apalagi kalo hari libur, bukankah mereka telah mengorbankan hari
liburnya? Tentu sangat pantas jika penghulu diberikan semacam “uang makan”,
atau “uang jalan” atau sejenisnya…Ok mungkin ada yang bilang itu gratifikasi
atau pungli atau semacamnya, tapi mbo ya punya hati nurani lah dikit, mereka
udah dateng ke tempat pernikahan (diluar KUA/Balai Nikah), mereka tentu keluar
biaya transport (yang seharusnya enggak sama sekali kalo nikah di KUA/Balai
Nikah), apalagi kalo hari libur, mereka kan udah mengorbankan waktu libur
mereka…Ya panteslah dikasih “uang tambahan” diluar biaya resmi, kalo kita ampe
pelit ngasih yang tambahan, berarti kita yang kebangetan…
Jadi, menurut saya, sangat wajar penghulu
meminta “uang lebih” jika menikahkannya tidak di KUA dan bahkan di hari libur,
tapi tentu jumlahnya jangan sampai memberatkan pihak calon pengantin/pengantin,
apalagi sampai menahan hak dari calon pengantin/pengantin. Misalkan karena
hanya ngasih Rp 500.000,- (yang biasanya Rp 800.000,-) maka Buku Pengantin nya
gak dikasih (kesaksian ini saya denger pas acara di TVOne Live). Nah kelakuan
penghulu kayak gini yang mesti ditindak, karena menahan hak orang lain. Gak
habis pikir sama penghulu kayak gini, tega banget…
Masyarakat butuh pemerintah melalui
penghulu untuk menikah secara resmi di NKRI. Tapi penghulu (yang mewakili
pemerintah) malah “jual mahal”. Hal ini jelas mempersulit masyarakat yang ingin
menikah, apalagi masyarakat kurang mampu.
Saya yakin gak semua penghulu kayak gitu.
Masih ada penghulu-penghulu yang masih memiliki hati nurani, dan gak
mempersulit masyarakat yang ingin menikah. Nah, penghulu-penghulu kayak gini yang
mesti diapresiasi dan dipertahankan.
Menikah kan sunnah, kalo misalkan penghulu
mempersulit masyarakat melalui “tarif” nya, maka sama saja dia menghalangi
sunnah. Untuk penghulu-penghulu yang “mempersulit” masyarakat yang ingin
menikah, sungguh mereka tidak pantas jadi penghulu…Pantasnya mereka dipindahkan
ke dinas yang mengurusi kematian, penguburan, dan semacamnya, supaya mereka
inget mati…supaya kedepannya mereka gak seenak jidat mempersulit masyarakat…
--------------
Banyak yang bilang, masa mahasiswa, masa paling indah...saya setuju, asal ada banyak kenangan...
Kenangan tentang dosen dan skripsi...
Kenangan tentang teman dan persahabatan
Kenangan tentang perjuangan dan keikhlasan
Kenangan tentang keterbatasan dan peluang
Sungguh ferdi bersyukut diberikan kesempatan oleh Allah untuk mencicipi kenangan-kenangan itu :)
Alhamdulillah
(note tambahan ini ditulis, 4-1-13, di kamar, di Sukabumi, dalam kondisi hujan deras diluar, dan perut gak begitu laper karena abis minum Energen anget)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar