Ngebaca editorial Media Indonesia edisi 25 Feb 11, ada kutipan menarik:
“...Kementerian Dalam Negeri mencatat terdapat 158 kepala daerah, baik bupati, wali kota, maupun gubernur, menjadi tersangka kasus korupsi.
Dari 33 provinsi, 17 gubernur menjadi tersangka korupsi. Dari 491 kabupaten/kota, sebanyak 141 pemimpin menjadi tersangka korupsi.
Indonesia Corruption Watch mencatat total kerugian negara dari seluruh kasus korupsi kepala daerah mencapai Rp4,8 triliun.
Mahalnya biaya pemilu kada membuat kepala daerah begitu gampang terjerat oleh kasus korupsi. Begitu terpilih menjadi kepala daerah, yang menjadi prioritas pertama ialah mengembalikan dana pemilu kada yang telah mereka keluarkan.
Itu bisa kita baca sebagai mengurus investasi itu soal belakangan, setelah urusan pribadi selesai. Karena itu, menyelesaikan hambatan investasi di daerah harus dimulai dari hulu.
Mahalnya biaya pemilu kada bisa dipangkas bila para kepala daerah tidak dipilih langsung, tetapi oleh DPRD saja. Biarlah pemilihan langsung menjadi domain jabatan presiden.
Namun, untuk melakukan hal itu, butuh keberanian dan ketegasan. Selama dua hal itu tidak dimiliki, gairah investasi akan selalu menjadi pepesan kosong.”
Pemilu langsung dipilih rakyat butuh biaya besar, termasuk biaya kampanye. Makanya kebanyakan yang sudah terpilih sebelum “memikirkan rakyat”, “memikirkan dulu cara mengembalikan uang yang sudah dikeluarkan”, baru setelah itu “mikiran rakyat”...eh, apa “mikirin buat ngumpulin modal buat nyalonin diri lagi?” :p loh, klo gitu kapan “mikirin rakyat”nya? Maaf ya, kalo nggak ngerasa ya jangan tersinggung ;)
Jangan dipilih oleh rakyat, tapi dipilih oleh DPRD aja? Yakin nggak akan ada korupsi?gimana dengan jual suara anggota DPRD? Gimana dengan lobi-lobi politik? Seenggaknya gak akan semahal pemilu langsung kali ya?he he
System demokrasi kan udah dicoba, gimana kalo kita “icip” system baru aja...sistem negara Islam atau Khilafah gitu, emang sih banyak yang pesimis bahkan mencibir, tapi gak ada salahnya kan nyoba dulu?he,,jangan terlalu pesimistis ah...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar